Pages

Sunday, July 4, 2010

IBNU SINA: Sejarah Hidup dan Falsafat al-Faid

Abu Ali al-Husein Ibn Abdillah ibn Hasan ibn Ali ibn Sina (Avicenna) lahir di desa Afsyanah, tidak jauh dari Bukhara, pada tahun 370 H (980 M) pada masa khilafah Abbasiah mengalami kemunduran dan negerinegeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota Bagsad sendiri, sebagai pusat pemerintahan khilafah Abbasiah, dikuasai oleh golongan Banu Buwaih pada tahun 334 H, dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447 H. (Hanafi, h. 168)

Di Bukhara ia dibesarkan dan belajar falsafat, kedokteran dan ilmu-ilmu agama Islam.Dalam usia sepuluh tahun ia telah banyak memperlajari ilmu agama Islam dan menghafal Al-Quran seluruhnya. Dalam usia enam belas tahun ia telah dikenal sebagai seorang dokter yang ahli dalam pelbgai penyakit. Kemudian ia mengembangkan teori yang diperolehnya dengan pelbagai percobaan empiris melalui pengobatan orang sakit. Dalam usia delapn belas tahun ia telah menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti falsafat, matematika, astronomi, musik, mistik, bahasa dan ilmu hukum Islam. Namanya semakin menanjak dalam ilmu kedokteran, terutama setelah ia mampu menyembuhkan penyakit yang diderita oleh penguasa Bukhra, Nuh ibn Mansur (387 H./997 M.). Sebagai imbalannya, Sultan ini mengizinkan Ibn Sina memanfaatkan perpustakaannya yang penuh berisi buku-buku yang sukar diperoleh dalam perpustakaan lain. (Al-Raniri, h. 92)

Di antara gurunya adalah Abu Abdillah al-Natili, yang telah mengajarnya logika, geometri dan astronomi. Ia pernah membaca metafisika Aristoteles sebanyak empat puluh kali tanpa dapat memahami maksud pengarangnya. Buku tersebut dapat dipahami nya setalah dia membaca buku komentar atas metafisika Aristoteles karangan Al-Farabi. (Fakhri, h. 192 dan Edward, h. 226).

Dalam usia dua puluh tahun, ayahnya meninggal dunia. Musibah ini telah menimbulkan beban berat atas kehidupan Ibn Si na, sehingga ía meninggalksn Bukhara menuju Jurjan. Di kota ini ia berjumpa dengan ibn Ubaid al-Juzajani yang kemudian menjadi muridnya yang menulis sejarah hidupnya. Karena kekacauan politik, Ia tidak lama menetap di kota ini, lalu pargi ke Hamazan, di mana penguasa wilayah ini, Syamsu al-Daulah, telah mengangkatnya menjadi menteri sebagai imbalan atas keberhasilan Ibn Sina menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Pada waktu Itu al-Juzajani meminta Ibn Sina menulis suatu buku yang lengkap tentang falsafat Aristoteles. Lalu Ia menulis bagian alam dari kitab al-Syifa, di samping melanjutkan penulisan kitab tentang ilmu kedokteran, al-Qanun fi al-Tibb, yang bagian pertamanya telah ditulis di Jurjan.


lebih lengkapnya downlod disini

No comments:

Post a Comment